A. PENGERTIAN GAS IDEAL
Gas ideal yaitu suatu gas hipotetis yang
mengikuti semua hukum-hukum gas. Gas
ideal sebenarnya tidak ada, tetapi sifat-sifatnya bisa didekati oleh gas nyata
monoatomik yang bersifat inert, seperti He, Ne, dan Ar, pada tekanan rendah dan
suhu tinggi. Suatu gas dianggap ideal jika pada molekul-molekulnya tidak
terjadi interaksi atau gaya tarik-menarik dan tidak memerlukan ruang.
Sifat- sifat gas
ideal:
a. terdiri dari
partikel-partikel yang tersebar merata dalam ruang hampa.
b. selalu
bergerak ke segala arah dengan kecepatan yang sama(vx = vy =
vz).
c. memenuhi hukum
newton tentang gerak.
d. tumbukan
partikel-partikel gas dengan dinding bersifat lenting sempurna (e=1).
e. gaya
tarik-menarik dan ukurannya diabaikan.
B. PERSAMAAN GAS
IDEAL
1. HUKUM BOYLE
Robert Boyle(1662), seorang ilmuwan dari
inggris,mula-mula mempelajari pengaruh perubahan volume terhadap tekanan suatu
gas pada suhu tetap. Ia mengamati gas cenderung kembali ke volume asalnya setelah
dimampatkan atau dimuaikan. Hukum Boyle berbunyi :
“Pada suhu tetap, volume dari sejumlah
tertentu gas berbanding terbalik dengan tekanannya.”
Secara matematis
dinyatakan:
(pada suhu tetap)
atau
(k
= konstan/tetapan)
atau
PV = konstan
Dengan cara lain dapat
dinyatakan :
P1V1 =
P2V2
atau
Suatu keadaan dimana suhu gas dibuat tetap
dan volumenya diubah-ubah sehingga tekanan gas berbanding terbalik dengan
volumenya disebut isotermik.
2. HUKUM GAY-LUSSAC
Jika suhu gas dinaikkan, maka
gerak partikel-partikel gas akan semakin cepat sehingga volumenya bertambah.
Apabila tekanan tidak terlalu tinggi dan dijaga konstan, volume gas akan
bertambah terhadap kenaikan suhu.
Hubungan tersebut dikenal dengan Hukum Gay-Lussac yang dapat dinyatakan
sebagai
“Apabila tekanan gas yang
berada dalam ruang tertutup dijaga konstan, maka volume gas berbanding lurus
dengan suhu mutlaknya.”
Suatu keadaan di mana tekanan
gas dijaga tetap dan volumenya diubah-ubah sehingga volume gas sebanding dengan
suhu mutlak disebut isobarik.
3.HUKUM CHARLES
Charles mengamati hubungan
antara tekanan(P) terhadap temperatur(T) suatu gas yang berada pada volume
tetap(isokhorik). Hasil penelitiannya kemudian dikenal sebagai Hukum Charles
yang menyatakan hasil tekanan(P) dengan temperatur(T) suatu gas pada volume tetap
adalah konstan.
Hubungan tersebut dikenal
dengan Hukum Charles yang dapat dinyatakan sebagai:
“Apabila volume gas yang be rada pada ruang tertutup dijaga konstan, maka tekanan gas berbanding
lurus dengan suhu mutlaknya.”
Suatu keadaan di mana volume
gas dibuat tetap sehingga tekanan sebanding dengan suhu gas disebut isokorik.
5. HUKUM AVOGARDO
5. HUKUM AVOGARDO
Amaedo Avogadro(1776-1856), dari italia, menemukan hubungan antara
volume dan jumlah molekul gas, yang kemudian disebut sebagai Hukum Avogadro.
(n=jumlah mol gas)
“Pada suhu dan tekanan yang
sama, semua gas yang volumenya sama mengandung junlah molekul yang sama pula.”
Pernyataan tersebut sesuai dengan:
“Semua gas yang jumlah
molekulnya sama akan mempunyai volume yang sama, asalkan diukur pada suhu dan
tekanan yang sama.”
Hukum Avogadro secara matematis ditulis:
atau
(n=jumlah mol gas)
6. PERSAMAAN UMUM GAS
IDEAL
Kombinasi dalam satu pernyataan hukum Boyle, Charles, Gay Lussac dan
Avogadro diperoleh suatu persamaan baru, yaitu:
atau
Secara umum ditulis sebagai:
P V = n R T
Persamaan ini disebut juga Persamaan Gas Ideal. Untuk satu jenis gas pada dua keadaan yang dibandingkan(P, V dan T), maka
n adalah tetap.
Di mana:
R = tetapan umum gas = 0,082 L atm/mol K = 8314 J/mol K
n = jumlah mol (mol)
(suatu tetapan)
atau
= Konstan
atau
Keterangan :
P1 = tekanan mutlak mula-mula dari gas dalam ruang (N/m2
atau Pa)
P2 = tekanan mutlak akhir dari gas dalam ruang (N/m2
atau Pa)
V1 = volume mula-mula dari gas dalam ruang (m3)
V2 = volume akhir dari gas dalam ruang (m3)
T1 = suhu mutlak mula-mula dari gas dalam ruang (K)
T2 = suhu mutlak akhir dari gas dalam ruang (K)
a. Berat Molekul Gas Ideal
Untuk n mol gas, berlaku:
Jika massa m gas diketahui, maka n = m/M. Berat molekul (M) gas dihitung dengan persamaan:
atau
b. Rapatan Gas
Rapatan gas didefinisikan
sebagai perbandingan massa gas terhadap volumenya pada suhu dan tekanan
tertentu.
Secara matematis hubungan tersebut ditulis:
d = rapatan gas (g/L)
m = massa gas (g)
V = Volume gas (L) atau
Rapatan gas juga dapat dihitung dari persamaan gas ideal.
PV = nRT
atau
7. Hukum Dalton
Menurut hukum Dalton, tekanan total campuran gas sama dengan jumlah tekanan parsial masing-masing gas pembentuknya atau dapat ditulis sebagai berikut:
Ptotal = P1 + P2 + P3
... (V dan T tetap)
Ketika dua gas ditempatkan di kontak,
mereka bergabung atau menyatu dengan spontan. Hal ini disebabkan pergerakan
molekul satu gas ke gas lainnya. Proses pencampuran gas dengan gerakan acak
dari molekul disebut Difusi. Thomas Graham mengamati bahwa makin kecil berat
molekul gas, maka makin besar kecepatan berdifusi dan sebaliknya.
Menurut hukum Graham, pada
suhu dan tekanan yang sama, kecepatan difusi gas yang berbeda
adalah berbanding terbalik dengan akar massa molekulnya atau dapat ditulis:
dimana:
r1 = kecepatan difusi gas 1
r2 =
kecepatan difusi gas 2
M1 = massa molekul gas
1
M2 = massa molekul gas 2
Sumber:
Soedjojo, P. 2000. Fisika Dasar. Yogyakarta: Penerbit Andi
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Gresik: Penerbit Andi
0 komentar:
Posting Komentar